Judul asli: Career Counselling (2nd edition)
Penulis: Robert Nathan & Linda Hil
Jumlah halaman: xx+330
Cetakan I: 2012
Penerbit: PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta
ISBN: 978-602-229-065-0
Apa yang dipahami dengan istilah “konseling karir” di awal abad ke-21 ini? Sifat pekerjaannya yang lebih cair dan tak dapat diprediksi seperti yang dilihat dewasa ini telah disertai oleh semakin tingginya tuntutan untuk menyeimbangkan berbagai bagian yang berbeda dari kehidupan kita. Kebutuhan akan keamanan finansial dan emosional belum hilang. Banyak orang masih mencita-citakan kelangsungan pekerjaan dan sebagian masih melihat kemajuan dalam kaitannya dengan promosi menapak ke tingkat yang lebih tinggi di dalam hirarki, terlepas dari penghematan, restrukturisasi, dan “penundaan” bertahun-tahun. Kemungkinannya adalah bahwa klien yang datang untuk konseling karir telah mengalami beberapa versi “realitas” – mulai dari keamanan pekerjaan sampai syok karena kehilangan pekerjaan, promosi atau pengembangan yang dipercepat, tekanan profitabilitas dengan sumberdaya yang lebih sedikit, dan dihadapkan pada perubahan haluan nilai-nilai korporasi. Pengalaman seberagam itu membutuhkan beberapa keterampilan survival kunci, termasuk kemampuan untuk menempa dan menjaga hubungan baik, komitmen pada dan keterampilan menetapkan tujuan dan fleksibilitas untuk merespon perubahan.
Ketika perubahan yang ditentukan oleh employer
dianggap tidak adil oleh karyawan, banyak yang merespon dengan menuntut,
melalui survei karyawan tahunan, kesempatan pengembangan karir yang lebih baik
sebagai balasan bagi “pengembangan karir
yang dikelola sendiri” yang diharapkan dari mereka. Di pasar kompetetif, banyak
yang disiratkan dari istilah “war on talent” yang dilontarkan oleh McKinsey,
ketika employer melihat penyediaan bantuan karir sebagai sebuah cara
untuk mendukung tujuan meningkatkan retensi staf yang berharga dan menjadi
“employer of choice”, maupun meminimalkan kerusakan reputasi akibat karyawan
yang keluar.
Perubahan-perubahan ini disertai oleh
semakin meningkatnya tuntutan akan dukungan karir di titik-titik “transisi
karir” kunci, baik oleh employer atas karyawan, maupun oleh
individu-individu yang bertindak atas namanya sendiri. Jadi, mulai dari line
manager dan profesional sumberdaya manusia, sampai semua yang memberikan
bimbingan orang dewasa dan konselor karir independen, semakin banyak orang yang
dilihat sebagai “helpers” prospektif dan dilontari pertanyaan-pertanyaan
terkait-karir.
Orang-orang ini bukan konselor karir
semata; mereka mempergunakan berbagai keterampilan konseling bersama banyak
keterampilan dan tanggung jawab lainnya. Grafik di Bab 1 menunjukkan
keberagaman konteks di mana bantuan karir dicari, dan ini semakin banyak
terjadi di dalam organisasi-organisasi yang mempekerjakan karyawan. Jadi, edisi
kedua Konseling Karir ini menggunakan satu bab penuh untuk konseling karir di
alam organisasi.
Dua belas tahun terakhir ini telah
menyaksikan menjamurnya orang-orang yang tidak menaati kode etik
dalam menawarkan bantuan terkait-karir dan keinginan untuk mengembangkan
standar etik dan profesional yang jelas. Organisasi-organisasi seberagam the British Association for Counselling
and Psychotherapy (BACP),
the International Coaching Federation, the Chartered Institute of Personnel,
dan Development (CIPD) Forum on Counselling and Career Management, dan the
Institute of Adult Guidance semuanya telah menghasilkan kode etik. Minat pada
pelatihan konseling karing profesional juga mengalami peningkatan. Kualifikasi
pascasarjana di dalam Konseling Karir, seperti MSc yang
ditawarkan oleh Birkbeck College, University of London, dianggap sebagai rute
ke karir potensial kedua (lihat Lampiran E).
Tak
terhindarkan, orang-orang yang menawarkan bantuan karir diminta untuk membantu
untuk beragam isu terkait-arir (lihat definisi konseling karir) selain
pertanyaan-pertanyan lebih tradisional yang timbul di bidang konseling karir
(lihat Bab 1).
Banyak
di antara contoh-contoh berikut yang didasarkan pada keterampilan-keterampilan survival
yang disebutkan di dalam paragraf pertama di atas:
Menempa dan menjaga hubungan baik
•
Bagaimana cara membangun jaringan?
•
Bagaimana cara “bermitra”?
•
Bagaimana cara mengelola “upwards”
Komitmen pada dan keterampilan
menetapkan tujuan
•
Belajar dan perkembangan – apa yang ditawarkan dan apa yang saya inginkan?
•
Bagaimana agar tujuan belajar saya sesuai dengan tujuan karir saya?
•
Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan seperti apa yang saya inginkan?
Fleksibilitas untuk merespon
perubahan/mengelola ketidakpastian
•
Bagaimana cara mengelola perubahan secara efektif?
•
Bagaimana cara mentransfer keterampilan?
•
Bagaimana cara mengelola pola-pola kerja yang fleksibel?
•
Bagaimana cara mendapatkan atau mempelajari-kembali berbagai keterampilan?
•
Bagaimana cara “mengelola diri senidri” di mas perampingan pekerjaan?
•
Bagaimana memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya?
•
Bagaimana cara mengatasi stres yang disebabkan oleh perubahan dan
ketidakpastian?
•
Bagaimana cara mengelola kerugian?
Self-employment dan kreativitas
• Kewirausahaan – apa yang dimaksud dan
bagaimana cara mengembangkannya?
• Bagaimana cara mengekspresikan
kreativitas?
• Bagaimana cara menentukan apakah
perlu membuat lompatan?
“Pertanyaan-pertanyaan” tersebut bukan
hanya wilayah konselor karir. Sebagian
dapat ditangani dengan efektif oleh banyak orang lain, termasuk petugas
bimbingan, coach, atau mentor. Di tahun-tahun terakhir ini, pertanyaan
bagaimana konseling, konseling karir, coaching dan mentoring berbeda
atau saling tumpang-tindih satu sama lain adalah sesuatu yang telah kita dengar
secara reguler. Potensi kebingungan di pihak praktisi maupun klien
menggarisbawahi pentingnya menetapkan batas-batas yang jelas. Praktisi perlu
tahu kapan mereka menawarkan konseling karir, bagaimana cara menangani ekspektasi
klien dan menjalin kontrak yang tepat dengan klien. Mereka perlu menyadari
kapan mereka bekerja di luar lingkup keterampilannya dan siap untuk membuat
rujukan yang tepat-guna (Nathan, 2003).
Jadi,
konteks di mana konseling karir terjadi telah berlipat ganda banyaknya,
sebanyak orang-orang yang menawarkan, dan didekati untuk menjalani, konseling
karir. Terlepas dari, atau mungkin akibat dari, ketidakpastian pasar kerja,
banyak klien yang mendekati konselor karir masih mencari “jawaban”. Menurut pengalaman
kami, tak peduli betapapun formalnya kontrak yang disepakati itu ditetapkan,
keinginan itu akan tetap menanti secara diam-diam. Ini perlu diakui, namun
harus ditangani secara hati-hati.
_______________________________________
DAFTAR
ISI
PENGANTAR
Bab 1. Pendahuluan
Bab 2. Isu-isu yang Dibawa ke Konseling Karier
Bab 3. Screening, Contracting, Exploring
Bab 4. Memungkinkan Pemahaman Klien
Bab 5. Menggunakan Tes, Kuesioner dan Informasi Pekerjaan
Bab 6. Tindakan, Hasil, dan Akhir
Bab 7. Konseling Karir di dalam Organisasi
Bab 8. Tantangan-tantangan Profesional bagi Konselor
Karier
Bab 9. Self-Management untuk Konselor Karier
Lampiran A Pedoman
Tes
Lampiran B Rencana
Tindakan
Lampiran C Sumber-sumber
Infomasi Pekerjaan
Lampiran D Penggunaan
Software untuk Mendukung Konseling Karier
Lampiran E Pelatihan
Lampiran F Jurnal-jurnal
yang Relevan
Lampiran G Organisasi-organisasi
yang Berguna
Lampiran H Latihan-latihan
Konseling Karir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar