Sabtu, 02 April 2016

DASAR-DASAR TEKNIK KONSELING: KOTAK PERKAKAS UNTUK KONSELOR/TERAPIS PEMULA

Penulis: Wayne Perry
Copyright: ©2008
Jumlah halaman: xvii+530
Cetakan I: 2010
Penerbit: PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta
Harga: Rp 100.000.- BELI



Hampir semua buku tentang terapi bersifat intelektual atau akademik dan merinci beragam aliran terapi, masing-masing dengan sejarah dan tokoh-tokoh yang menjadi “bintang”nya. Broderik dan Schrader (1991, h. 34) mengutip Carlos Sluzki yang menyebut munculnya begitu banyak aliran terapi yang saling bersaing itu sebagai “Balkanisasi suatu bidang menjadi sektor-sektor yang lebih didasarkan pada batas-batas politis daripada batas-batas ilmiah..... Konsekuennya adalah berkembangnya model-model “merek dagang” yang semakin lama semakin banyak dan semakin meningkatnya percekcokan tentang teknik siapa yang bisa mencuci paling putih.” Tetapi, Croderick dan Schrader selanjutnya mengatakan bahwa mereka percaya bahwa masa depan terapi bukan milik salah satu di antara begitu banyak aliran terapi ini, tetapi lebih pada beberapa bentuk terapi terintegrasi. Memang, tahun demi tahun perbedaan-perbedaan yang memisahkan para praktisi klinis tampaknya kian menipis. Para klinisi masih memuji-muji “bintang-bintang” favorit dunia terapi, namun berpraktik dengan tambal-sulam berbagai model teoretik.
Bagi mashasiswa pemula masalahnya adalah bahwa hanya ada sedikit sekali pedoman untuk pelaksanaan hasil integrasi itu. Pengalaman saya sebagai supervisor terapi mengajarkan bahwa apa yang biasanya terjadi adalah bahwa para mahasiswa “fly by seat of their pants” (bekerja berdasarkan insting tanpa didasari pedoman formal atau pengalaman), meraba-raba secuil teknik dari aliran yang ini, secuil teknik dari aliran yang itu, tanpa pernah memikirkan bagaimana memadukan semuanya. Hasil bersih dari tambal-sulam tanpa penelaahan semacam ini adalah bahwa terapi itu terasa dan tampak padu. Klien maupun terapis bertanya-tanya tentang apa yang telah terjadi. Jika apa yang mereka kerjakan benar-benar berhasil, sang terapis kemungkinan besar tidak akan bisa mengulang lagi keberhasilan itu karena ia tidak mempunyai ide yang jelas tentang apa yang mereka lakukan atau mengapa mereka melakukannya. Mereka tidak mempunyai model yang baik untuk mengintegrasikan berbagai macam teknik.
Oleh sebab itu, maksud utama kedua buku ini adalah memberikan sebuah model untuk mengintegrasikan berbagai teknik dari beragam aliran dan perspektif. Mengingat maksud pertamanya adalah memberikan pedoman “how-to” praktis (bagaimana caranya) bagi para mahasiswa konseling/terapi profesional, maka buk ini akan dibatasi pada dasar-dasarnya saja. Nuansa-nuansa subtil dan pengembangan-perngembangan tingkat lanjut masih harus menunggu buku lain.

Mode Metasistem
Model untuk mengintegrasikan ketrampilan-ketrampilan dasar yang diikuti di sepanjang buku ini adalah model Metasistem. Namanya cukup deskriptif. “Sistem” mengacu pada banyak lapisan hubungan di mana kita semua menjadi bagiannya. “Meta” adalah kata Yunani yang berarti “dengan” atau “berdampingan dengan” banyak sistem di mana individu menjadi bagian integranya. Ini adalah penerapan praktis dari apa yang disebut “the Self in the system” oleh Nicols (1987).
Kita adalah bagian dari banyak sistem. Sistem yang pertama tentunya adalah rahim, dan ia utamanya (kalau tidak dapat dikatakan eksklusif) adalah sebuah sistem biologis. Setelah lahir kita menjadi bagian sebuah sistem yang disebut keluarga. Ketika umur kita bertambah, sistem kita meluas ke tetangga, dan setelah itu ke masyarakat, dan selanjutnya meluas ke negara, bahkan mungkin dunia. sepanjang perkembangan kita masih tetap individu yang sama, tetapi kita berubah ketika kita berinteraksi dengan berbagai macam sistem. Interaksi kita mempengaruhi sistem-sistem di mana kita menjadi bagiannya, persis seperti kita dipengaruhi oleh mereka. Jadi, premis fundamental dari Model Metasistem adalah bahwa untuk memahami perilaku, orang harus memahami individu dan sistemnya. Kewajaran lain yang terkait adalah bahwa semua semua perubahan terjadi di dalam diri individu. Individu membuat perubahan dan oleh sebab itu mengubah sistem-sistem di mana ia menjadi bagiannya (Nichols, 1987).
Bahkan mahasiswa konseling/terapi yang paling anyar sekalipun pasti pernah mendengar  bahwa presenting problem (gejala awal yang memotivasi klien untuk berkonsultasi dengan seorang praktisi) belum tentu menunjukkan masalah yang sebenarnya. Model Metasistem membantu pemula untuk menentukan bagian ruang kehidupan yang mana – di depan layar atau di belakang layar – yang berisi masalah riilnya. Setelah ini ditentukan, intervensi yang tepat dapat dipilih dengan mudah. Batang tubuh utama buku ini akan mengembangkan beragam situasi terapeutik dan mendemonstrasikan kapan sebuah intervensi akan tepat dan alat-alat mana yan bisa diterapkan  terapis/konselor untuk menghasilkan perubahan yang dinginkan

Model Metasistem adalah sebuah model yang dinamis. Karena dilandasi oleh psikologi Adlerian, model ini mengandaikan kreativitas dan aktivitas manusia. Manusia membentuk dunianya sebanyak dirinya dibentuk olehnya, dan, idealnya, proses ini berlanjut paling tidak sampai mati. Pada saat psiopatologi tidak akan menjadi masalah lagi. Menerapkan model ini dengan cara “mur-dan-baut” praktis ke berbagai manifestasi psikopatologi menjadi fokus seluruh buku ini.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
BAGIAN I. HAL-HAL FUNDAMENTAL
Bab 1. Wawancara Pertama
Bab 2. Keterampilan Menstruktur
Bab 3. Keterampilan Proses    
Bab 4. Keterampilan Administratif
Bab 5. Ketrampilan Berpikir Klinis
BAGIAN I. KETERAMPILAN-KETERAMPILAN KONSELING INDIVIDUAL    
Bab 6. Ketrampilan Tefokus-Solusi dan Ketrampilan  Mengatasai Masalah       
Bab 7. Ketrampilan Terapi Kognitif
Bab 8. Ketrampilan Terapi Perilaku
Bab 9. Ketrampilan  Konseling Mendalam
BAGIAN III. KETRAMPILAN-KETRAMPILAN KONSELING INTERPERSONAL       
Bab 10. Pendekatan Psikoedukasional
Bab 11. Get Them on Their Feet
Bab 12. Mendiagramkan Interaksi
Bab 13. Intervensi Obat dan Alkohol
Bab 14. Menjinakkan Bom
Bab 15. Mengusir Hantu
Bab 16. Langkah-langkah Selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar