Penulis: Geoff Rolls
Jumlah halaman: xiii+398
Cetakan I: 2012
Penerbit: PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta
ISBN: 978-602-229-036-0
Ini adalah sebuah buku aneh, penuh
dengan cerita-cerita yang bahkan lebih aneh lagi. Psikologi adalah sebuah
subjek mempesona dengan banyak cerita yang menarik untuk dikisahkan. Tetap,
kebanyakan cerita menarik itu melibatkan penggunaan studi kasus. Cerita-cerita
itu berkisar mulai dari kisah orang-orang yang tidak memiliki ingatan sampai
kisah orang-orang yang tidak bisa lupa. Mulai dari kisah anak-anak liar yang
terabaikan sampai kisah anak-anak prodigy (ajaib). Tak pelak lagi, ini
adalah aspek paling menarik dari psikologi.
Cerita-cerita
itu juga bisa sangat membuka pikiran dalam kaitannya dengan memperjauh
pemahaman kita tentang perilaku manusia. Masalahnya adalah bahwa kita semua
ingin tahu lebih banyak daripada yang ada di dalam textbooks. Jurnal-jurnal
ilmiah berkonsentrasi pada aspek-aspek ilmiah, sementara kita juga ingin tahu
apa yang terjadi di tingkat manusia sehari-hari. Seperti apa rasanya ketika
melakukan itu? Seperti apa rasanya bagi individu-individu yang terlibat?
Bagaimana perasaan mereka? Bagaimana mereka mengatasi masalahnya? Apa yang
terjadi selanjutnya? Buku ini mencoba menjembatani jurang itu.
Temuan-temuan
penting di dalam psikologi sering kali ditemukan untuk pertama kalinya melalui
studi kasus tunggal. Studi kasus semacam itu selalu mempesona mahasiswa
psikologi maupun pembaca awam. Penggunaan metode studi kasus membantu
menghidupkan psikologi – ia memberi angle manusia bagi ide-ide
psikologis.
Psikolog
terus memperdebatkan tentang status keilmuan psikologi. Hanya ada sedikit
keraguan bahwa temuan-temuan ilmiah cenderung diberi kepercayaan lebih besar
dibanding kabar angin atau pengalaman subjektif. Tetapi, ketika sampai pada
pikiran dan perilaku manusia, mungkin sulit untuk melaksanakan eksperimen yang
terkontrol secara ilmiah, yang tidak melanggar batas-batas etis maupun moral.
Di sini lah tempatnya di mana penggunaan studi kasus bisa sangat berguna. Studi
kasus memungkinkan ilmuwan untuk menginvestigasi jalur-jalur pikiran dan
perilaku yang tidak lumrah. Dengan mengeksplorasi yang tidak lumrah, kita bisa
belajar banyak tentang yang lumrah.
Penggunaan
metode studi kasus di dalam psikologi sudah sejak lama menjadi tradisi. Bahkan,
studi kasus merupakan salah satu metode yang paling awal, dan laporan pertama
Itard, “Enfant Sauvage”, berangka tahun 1801 (lihat Bab 9). Dewasa ini, ada
begitu banyak buku yang memberikan insights unik tentang kekurangan atau
kelebihan yang tidak biasa yang dimiliki oleh orang-orang. Tetapi, buku-buktu
tersebut cenderung ditulis oleh neurolog dan studi-studi kasusnya berkaitan
dengan pasien-pasien yang telah mereka temui selama karir medis mereka. Buku
ini berbeda dalam arti bahwa ia memberikan lebih banyak detil pada studi-studi
kasus paling terkenal di dalam psikologi – studi-studi yang ada di banyak textbook
psikologi. Memang sudah ada buku-buku atau makalah yang ditulis tentang
sebagian kasus yang lebih terkenal, tetapi, di sini, setiap babnya dipadatkan
menjadi “chunk” (bongkahan) yang lebih mudah dicerna, tentang aspek-aspek
paling menarik dan paling membukakan pikiran dari setiap kasus. Selain makna
ilmiah setiap studi kasus, aspek manusia dari pengalaman setiap orang
dimasukkan di dalamnya. Harapannya adalah bahwa kita akan mulai memahami orang-orang
yang ditampilkan di dalam studi-studi kasus tersebut sebagai manusia, dengan
kemampuan atau kesulitan uniknya, dan bukan sekadar sebagai “studi-studi kasus
ilmiah” semata.
Profesor
Luria, yang bekerja di the Moscow State University, menggarisbesarkan dua
pendekatan yang berlawanan untuk kajian perilaku manusia. Ini disebutnya ilmu
pengetahuan “klasik” dan “romantik”. Ilmu pengetahuan klasik bermaksud
merumuskan “hukum-hukum umum abstrak” yang bisa “mereduksi realitas
hidup dengan segala kekayaan detilnya menjadi skema abstrak”. Ia mencatat
bahwa ini telah menjadi semakin nyata dengan ditemukannya komputer dalam arti
bahwa observasi sekarang bisa direduksi menjadi analisis matematis kompleks.
Buku ini berusaha mengadopsi pandangan yang disebut “romantik” atau secara
harfiah ilmiah. Cerita-ceritanya memiliki poin ilmiah dan membantu
mengilustrasikan bidang-bidang psikologi, tetapi ditulis dari sudut pandang
manusia. Mereka adalah kisah-kisah manusia.
Studi
kasus digunakan secara ekstensif di bidang hukum, bisnis, dan kedokteran,
tetapi kurang banyak digunakan di psikologi. Ini patut disayangkan, karena kita
tampaknya sering mengingat studi kasus dengan jelas dan karena mereka membantu
memanusiakan ilmu pengetahuan, dan sekaligus mengilustrasikan temuan-temuan
psikologi.
Sebuah
studi kasus melibatkan pengumpilan informasi terperinci tentang seorang
individu atau sebuah kelompok. Ini biasanya melibatkan detil-detil biografis,
maupun detil-detil perilaku atau pengalaman yang dimaksud. Studi kasus
memungkinkan seorang peneliti untuk menelaah seorang individu dengan jauh lebih
mendalam dibanding metode investigasi eksperimental. Studi kasus
mengadaptasikan diri dengan yang disebut metode penelitian kualitatif dan
dengan demikian temuan-temuannya tidak dapat dilaporkan dengan mudah secara
numerik. Laporan deskriptif tertulis sering kali digunakan. Ini menguraikan apa
yang dirasakan atau diyakini orang itu tentang isu tertentu. Metode-metode ini
cenderung dikritik kurang “ilmiah” dan kurang layak dibanding metode-metode
eksperimental yang lebih taat-azas, yang menggunakan analisis statistik.
Kritik
lain yang dilayangkan pada studi kasus adalah bahwa kadang-kadang peneliti yang
melaksanakan studi itu terbias di dalam interpretasi atau metode pelaporannya.
“Subjektivitas” berarti bahwa barangkali akan sulit untuk menetapkan informasi
faktual dari inferensi peneliti. Kesadaran tentang ini tidak mengurangi makna
cerita-cerita yang muncul. Bahkan banyak detil yang kaya dari keterangan
langsung mungkin tidak akan didapatkan jika peneliti tidak membentuk hubungan
yang hangat dan bersahabat dengan partisipannya. Ini mestinya bisa dilihat
sebagai salah satu kekuatan pendekatan ini, bukan kelemahan.
Studi
kasus bisa membantu memperjelas isu-isu psikologis spesifik maupun umum. Studi
kasus memungkinkan psikolog untuk mempelajari perilaku atau pengalaman yang
begitu uniknya sehingga tidak dapat dipelajari dengan cara lain. Contoh-contoh
di dalam buku ini mengilustrasikan hal tersebut. Studi-studi kasus ini
memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan di dalam
perilaku manusia yang sebelumnya barangkali dianggap tidak mungkin. Sebuah
studi kasus seringkali bisa mencakup beberapa bidang psikologi. Dengan
mempertimbangkan hal ini, pembaca mungkin akan memperdebatkan tentang
pengelompokan studi-studi kasus menjadi pendekatan-pendekatan spesifik. Apakah
kasus David Reimer menyeberang dari psikologi perkembangan dan masuk ke dalam
psikologi sosial dan fisiologis dan bahkan lebih jauh lagi? Keputusannya saya
serahkan kepada pembaca. Jadi, judul-judul ini mungkin sedikit artifisial namun
paling tidak mengilustrasikan bagaimana studi kasus diambil dari banyak bidang
psikologi.
Bromley
(1986) berpendapat bahwa studi kasus adalah “landasan investigasi ilmiah” dan
bahwa preokupasi psikolog dengan prosedur-prosedur eksperimental telah
mengabaikan bidang ini. Studi kasus memiliki keunggulan memberikan kedalaman
dan pemahaman yang lebih jauh tentang seorang individu dan mengakui dan
menghargai keanekaragaman manusia. Karena studi kasus adalah tentang
”orang-orang asli dan riil”, mereka memiliki perasaan kebenaran istimewa
tentang manusia. Ini membantu membuat mereka pantas dikenang. Tetapi, studi
kasus juga dikritik tidak reliabel (tidak ada dua studi kasus yang sama persis)
dan oleh sebab itu hasil-hasilnya tidak dapat digeneralisasikan dengan mudah
pada orang-orang lain. Pertanyaan timbul yaitu apakah kita selalu harus
menemukan kebenaran universal perilaku. Kadang-kadang, sudah cukup bagi kita
untuk mengeksplorasi kehidupan seseorang yang unik.
Mahasiswa
psikologi akan mengenali banyak cerita yang disajikan, tetapi mungkin ingin
tahu lebih banyak. Mereka yang masih baru di bidang psikologi akan melihatnya
sebagai sebuah introduksi yang berguna dan menarik tentang misteri terbesar: memahami
pikiran manusia dan perilaku manusia dalam segala fasetnya.
DAFTAR ISI
PENGANTAR
BAGIAN
I. PSIKOLOGI KOGNITIF
Bab 1. Laki-laki yang tidak bisa Lupa: Kisah Solomon
Shereshevsky (S)
Bab 2. Laki-laki yang hidup untuk saat ini: Kisah H.M.
(Henry Gustav Molaison)
Bab 3. Laki-laki yang kecewa dengan apa yang dilihatnya:
Kisah S.B.
Bab 4. Kim Peek: Sang Rain Man yang sebenarnya
Bab 5: Holly Ramona dan Sifat Ingatan
BAGIAN
II. PSIKOLOGI SOSIAL
Bab 6. Gadis yang meneriakkan pembunuhan: Kisah Catherine
“Kitty” Genovese
BAGIAN
III. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Bab 7.. Kepolosan yang hilang: Kisah Genie
Bab 8. Anak laki-laki yang tidak pernah menjadi
perempuan: David Reimer
Bab 9. Bocah liar dari Aveyron: Kisah Victor
Bab 10. Dua bocah laki-laki: Kisah Little Albert dan
Little Peter
BAGIAN
IV. PERBEDAAN INDIVIDU
Bab 11. Anak laki-laki yang butuh bermain: Kisah Dibs
Bab 12. Laki-laki yang terangsang oleh kereta bayi dan
tas-tangan wanita
Bab 13. Analisis Freud tentang fobia pada seorang anak
kecil: Kisah Little Hans
Bab 14. Ketiga wajah Eve: Kisah Chris Costner Sizemore
Bab 15: Anak laki-laki yang tidak bisa berhenti mencuci:
kisah OCD
BAGIAN
V. PSIKOLOGI FISIOLOGI
Bab 16. Orang-orang yang tidak tidur: Kisah Peter Tripp
dan Randy Gardner
Bab 17. Pria yang hidup dengan sebuah lubang di
kepalanya: Kisah Phineas Gage
Bab 18. Pria tanpa otak?
BAGIAN
VI. PSIKOLOGI PERBANDINGAN
Bab 19. Bercakap-cakap dengan binatang: Washoe dan Roger
Fouts
Tidak ada komentar:
Posting Komentar