Jumat, 01 April 2016

STUDI KASUS KLASIK DALAM PSIKOLOGI


Judul Asli: Classic Case Studies in Psychology (2nd edition)
Penulis:  Geoff Rolls
Jumlah halaman: xiii+398
Cetakan I: 2012
Penerbit: PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta
ISBN: 978-602-229-036-0
Harga: Rp 75.000,- BELI
                                                                             
Ini adalah sebuah buku aneh, penuh dengan cerita-cerita yang bahkan lebih aneh lagi. Psikologi adalah sebuah subjek mempesona dengan banyak cerita yang menarik untuk dikisahkan. Tetap, kebanyakan cerita menarik itu melibatkan penggunaan studi kasus. Cerita-cerita itu berkisar mulai dari kisah orang-orang yang tidak memiliki ingatan sampai kisah orang-orang yang tidak bisa lupa. Mulai dari kisah anak-anak liar yang terabaikan sampai kisah anak-anak prodigy (ajaib). Tak pelak lagi, ini adalah aspek paling menarik dari psikologi.
Cerita-cerita itu juga bisa sangat membuka pikiran dalam kaitannya dengan memperjauh pemahaman kita tentang perilaku manusia. Masalahnya adalah bahwa kita semua ingin tahu lebih banyak daripada yang ada di dalam textbooks. Jurnal-jurnal ilmiah berkonsentrasi pada aspek-aspek ilmiah, sementara kita juga ingin tahu apa yang terjadi di tingkat manusia sehari-hari. Seperti apa rasanya ketika melakukan itu? Seperti apa rasanya bagi individu-individu yang terlibat? Bagaimana perasaan mereka? Bagaimana mereka mengatasi masalahnya? Apa yang terjadi selanjutnya? Buku ini mencoba menjembatani jurang itu.
Temuan-temuan penting di dalam psikologi sering kali ditemukan untuk pertama kalinya melalui studi kasus tunggal. Studi kasus semacam itu selalu mempesona mahasiswa psikologi maupun pembaca awam. Penggunaan metode studi kasus membantu menghidupkan psikologi – ia memberi angle manusia bagi ide-ide psikologis.
Psikolog terus memperdebatkan tentang status keilmuan psikologi. Hanya ada sedikit keraguan bahwa temuan-temuan ilmiah cenderung diberi kepercayaan lebih besar dibanding kabar angin atau pengalaman subjektif. Tetapi, ketika sampai pada pikiran dan perilaku manusia, mungkin sulit untuk melaksanakan eksperimen yang terkontrol secara ilmiah, yang tidak melanggar batas-batas etis maupun moral. Di sini lah tempatnya di mana penggunaan studi kasus bisa sangat berguna. Studi kasus memungkinkan ilmuwan untuk menginvestigasi jalur-jalur pikiran dan perilaku yang tidak lumrah. Dengan mengeksplorasi yang tidak lumrah, kita bisa belajar banyak tentang yang lumrah.
Penggunaan metode studi kasus di dalam psikologi sudah sejak lama menjadi tradisi. Bahkan, studi kasus merupakan salah satu metode yang paling awal, dan laporan pertama Itard, “Enfant Sauvage”, berangka tahun 1801 (lihat Bab 9). Dewasa ini, ada begitu banyak buku yang memberikan insights unik tentang kekurangan atau kelebihan yang tidak biasa yang dimiliki oleh orang-orang. Tetapi, buku-buktu tersebut cenderung ditulis oleh neurolog dan studi-studi kasusnya berkaitan dengan pasien-pasien yang telah mereka temui selama karir medis mereka. Buku ini berbeda dalam arti bahwa ia memberikan lebih banyak detil pada studi-studi kasus paling terkenal di dalam psikologi – studi-studi yang ada di banyak textbook psikologi. Memang sudah ada buku-buku atau makalah yang ditulis tentang sebagian kasus yang lebih terkenal, tetapi, di sini, setiap babnya dipadatkan menjadi “chunk” (bongkahan) yang lebih mudah dicerna, tentang aspek-aspek paling menarik dan paling membukakan pikiran dari setiap kasus. Selain makna ilmiah setiap studi kasus, aspek manusia dari pengalaman setiap orang dimasukkan di dalamnya. Harapannya adalah bahwa kita akan mulai memahami orang-orang yang ditampilkan di dalam studi-studi kasus tersebut sebagai manusia, dengan kemampuan atau kesulitan uniknya, dan bukan sekadar sebagai “studi-studi kasus ilmiah” semata.
Profesor Luria, yang bekerja di the Moscow State University, menggarisbesarkan dua pendekatan yang berlawanan untuk kajian perilaku manusia. Ini disebutnya ilmu pengetahuan “klasik” dan “romantik”. Ilmu pengetahuan klasik bermaksud merumuskan “hukum-hukum umum abstrak” yang bisa “mereduksi realitas hidup dengan segala kekayaan detilnya menjadi skema abstrak”. Ia mencatat bahwa ini telah menjadi semakin nyata dengan ditemukannya komputer dalam arti bahwa observasi sekarang bisa direduksi menjadi analisis matematis kompleks. Buku ini berusaha mengadopsi pandangan yang disebut “romantik” atau secara harfiah ilmiah. Cerita-ceritanya memiliki poin ilmiah dan membantu mengilustrasikan bidang-bidang psikologi, tetapi ditulis dari sudut pandang manusia. Mereka adalah kisah-kisah manusia.
Studi kasus digunakan secara ekstensif di bidang hukum, bisnis, dan kedokteran, tetapi kurang banyak digunakan di psikologi. Ini patut disayangkan, karena kita tampaknya sering mengingat studi kasus dengan jelas dan karena mereka membantu memanusiakan ilmu pengetahuan, dan sekaligus mengilustrasikan temuan-temuan psikologi.
Sebuah studi kasus melibatkan pengumpilan informasi terperinci tentang seorang individu atau sebuah kelompok. Ini biasanya melibatkan detil-detil biografis, maupun detil-detil perilaku atau pengalaman yang dimaksud. Studi kasus memungkinkan seorang peneliti untuk menelaah seorang individu dengan jauh lebih mendalam dibanding metode investigasi eksperimental. Studi kasus mengadaptasikan diri dengan yang disebut metode penelitian kualitatif dan dengan demikian temuan-temuannya tidak dapat dilaporkan dengan mudah secara numerik. Laporan deskriptif tertulis sering kali digunakan. Ini menguraikan apa yang dirasakan atau diyakini orang itu tentang isu tertentu. Metode-metode ini cenderung dikritik kurang “ilmiah” dan kurang layak dibanding metode-metode eksperimental yang lebih taat-azas, yang menggunakan analisis statistik.
Kritik lain yang dilayangkan pada studi kasus adalah bahwa kadang-kadang peneliti yang melaksanakan studi itu terbias di dalam interpretasi atau metode pelaporannya. “Subjektivitas” berarti bahwa barangkali akan sulit untuk menetapkan informasi faktual dari inferensi peneliti. Kesadaran tentang ini tidak mengurangi makna cerita-cerita yang muncul. Bahkan banyak detil yang kaya dari keterangan langsung mungkin tidak akan didapatkan jika peneliti tidak membentuk hubungan yang hangat dan bersahabat dengan partisipannya. Ini mestinya bisa dilihat sebagai salah satu kekuatan pendekatan ini, bukan kelemahan.
Studi kasus bisa membantu memperjelas isu-isu psikologis spesifik maupun umum. Studi kasus memungkinkan psikolog untuk mempelajari perilaku atau pengalaman yang begitu uniknya sehingga tidak dapat dipelajari dengan cara lain. Contoh-contoh di dalam buku ini mengilustrasikan hal tersebut. Studi-studi kasus ini memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan di dalam perilaku manusia yang sebelumnya barangkali dianggap tidak mungkin. Sebuah studi kasus seringkali bisa mencakup beberapa bidang psikologi. Dengan mempertimbangkan hal ini, pembaca mungkin akan memperdebatkan tentang pengelompokan studi-studi kasus menjadi pendekatan-pendekatan spesifik. Apakah kasus David Reimer menyeberang dari psikologi perkembangan dan masuk ke dalam psikologi sosial dan fisiologis dan bahkan lebih jauh lagi? Keputusannya saya serahkan kepada pembaca. Jadi, judul-judul ini mungkin sedikit artifisial namun paling tidak mengilustrasikan bagaimana studi kasus diambil dari banyak bidang psikologi.
Bromley (1986) berpendapat bahwa studi kasus adalah “landasan investigasi ilmiah” dan bahwa preokupasi psikolog dengan prosedur-prosedur eksperimental telah mengabaikan bidang ini. Studi kasus memiliki keunggulan memberikan kedalaman dan pemahaman yang lebih jauh tentang seorang individu dan mengakui dan menghargai keanekaragaman manusia. Karena studi kasus adalah tentang ”orang-orang asli dan riil”, mereka memiliki perasaan kebenaran istimewa tentang manusia. Ini membantu membuat mereka pantas dikenang. Tetapi, studi kasus juga dikritik tidak reliabel (tidak ada dua studi kasus yang sama persis) dan oleh sebab itu hasil-hasilnya tidak dapat digeneralisasikan dengan mudah pada orang-orang lain. Pertanyaan timbul yaitu apakah kita selalu harus menemukan kebenaran universal perilaku. Kadang-kadang, sudah cukup bagi kita untuk mengeksplorasi kehidupan seseorang yang unik.
Mahasiswa psikologi akan mengenali banyak cerita yang disajikan, tetapi mungkin ingin tahu lebih banyak. Mereka yang masih baru di bidang psikologi akan melihatnya sebagai sebuah introduksi yang berguna dan menarik tentang misteri terbesar: memahami pikiran manusia dan perilaku manusia dalam segala fasetnya.

DAFTAR ISI
PENGANTAR
BAGIAN I. PSIKOLOGI KOGNITIF    
Bab 1. Laki-laki yang tidak bisa Lupa: Kisah Solomon Shereshevsky (S)
Bab 2. Laki-laki yang hidup untuk saat ini: Kisah H.M. (Henry Gustav Molaison)
Bab 3. Laki-laki yang kecewa dengan apa yang dilihatnya: Kisah S.B.
Bab 4. Kim Peek: Sang Rain Man yang sebenarnya
Bab 5: Holly Ramona dan Sifat Ingatan 
BAGIAN II. PSIKOLOGI SOSIAL      
Bab 6. Gadis yang meneriakkan pembunuhan: Kisah Catherine “Kitty” Genovese
BAGIAN III. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Bab 7.. Kepolosan yang hilang: Kisah Genie
Bab 8. Anak laki-laki yang tidak pernah menjadi perempuan: David Reimer
Bab 9. Bocah liar dari Aveyron: Kisah Victor
Bab 10. Dua bocah laki-laki: Kisah Little Albert dan Little Peter
BAGIAN IV. PERBEDAAN INDIVIDU
Bab 11. Anak laki-laki yang butuh bermain: Kisah Dibs
Bab 12. Laki-laki yang terangsang oleh kereta bayi dan tas-tangan wanita
Bab 13. Analisis Freud tentang fobia pada seorang anak kecil: Kisah Little Hans
Bab 14. Ketiga wajah Eve: Kisah Chris Costner Sizemore
Bab 15: Anak laki-laki yang tidak bisa berhenti mencuci: kisah OCD
BAGIAN V. PSIKOLOGI FISIOLOGI  
Bab 16. Orang-orang yang tidak tidur: Kisah Peter Tripp dan Randy Gardner
Bab 17. Pria yang hidup dengan sebuah lubang di kepalanya: Kisah Phineas Gage
Bab 18. Pria tanpa otak?
BAGIAN VI. PSIKOLOGI PERBANDINGAN 
Bab 19. Bercakap-cakap dengan binatang: Washoe dan Roger Fouts

RANGKUMAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar